Friday, August 24, 2018

Mencermati tulisan dan siapa Prof. Arya Hadi Dharmawan

Agak lucu saya membaca postingan sdr. Andi Irman (tim media sosial Jokowi) yang memforward tulisan Prof. Arya Hadi Dharmawan di statusnya. Lucu kenapa? karena terlalu banyak bumbu-bumbu eufimisme dan pengalihan logika akal sehat demi memaksakan dukungannya kepada pemerintahan Jokowi.

Saat ini memang kita sedang dilanda krisis multidimensi. Bukan hanya masyarakat awam, kaum intelektual di negeri ini pun ramai-ramai mencobot baju intelektualitasnya demi rekam jejak digital bersama penguasa untuk menjadi jalan kenikmatan dan akses resources. Walaupun seperti biasa, diawali dengan kalimat "saya pun tak ada kaitan bisnis pak Jokowi" hehehe.. ah becanda bapak ini, kalau dosen mah bukan kaitan bisnis dengan penguasa dong ya, di 2019 di depan ini kaitannya jelas posisi hehehe..

Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri, Saya Muhammad Sirod, alumni IPB masuk tahun 1997 (dari jurusan Teknologi Industri Pertanian, angkatan ke-34 semenjak IPB lahir tahun 1963). Saya bukan siapa-siapa juga, hanya satu dari ratusan ribu alumni IPB yang independent mencari nafkah, tidak menjadi Aparatur Sipil Negara, Karyawan BUMN atau menjadi konsultan dari lembaga-lembaga pemerintahan sebagaimana banyaknya alumni IPB berkiprah.

Di sinilah kekuatan alumni IPB secara umumnya, siapapun penguasanya, alumni IPB selalu menjadi bagian kontributor bagi negara. Menjelaskan posisi ini penting, karena menghindari bias dan  untuk menilai "kemerdekaan berfikir".

Saya sendiri tidak mengenal Prof. Arya Hadi Dharmawan. Di IPB banyak guru besar, dan nama-nama besar misalnya Prof. Eriyatno pakar sistem guru saya sendiri, Prof. Kudang B. Suminar dan Prof. Marimin pakar komputasi & Fuzzy Logic, Prof. Muhammad Firdaus yang aktif menulis soal ekonomi pertanian, atau sederet guru-guru besar yang juga alumni IPB yang telah saya "lalap" pemikiran-pemikiran besarnya untuk negeri ini seperti Prof. Bustanul Arifien. Sementara Arya Hadi Dharmawan, seperti terlewat dari jajaran pemikir-pemikir besar bangsa ini.

Untung ada Google saya coba cari dengan mengetikkan nama beliau, maka didapat sitasi dari Google scholar sebuah bukti tambahan bahwa ybs memang seorang akademisi/peneliti. Saya coba amati dan gulung ke bawah perambannya, ternyata lebih banyak hasil pencarian itu profil beliau siapa dia baik dari laman resmi IPB, laman berita politik seperti RMOL, laman diskusi Kaskus, blog gratisan seperti wordpress sampai laman medsos di facebook dan instagram. Wah, ternyata dosen gaul ini, pikir saya.

Dalam sebuah laman berita, dan berita resmi IPB maka posisi beliau sekarang menjabat Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dalam Fakultas Ekologi Manusia IPB. Sebuah fakultas yang cukup baru di IPB dan melahirkan rektor baru Dr. Arif Satria yang sebelumnya memimpin dekanat berkode huruf I ini.

Pada tahun 2012, Arya ini pernah mempermalukan institusi IPB dengan menulis sebuah surat terbuka kritik pada SBY Surat terbuka Arya Hadi ke SBY , sehingga ditegur karena mencantumkan logo IPB pada surat terbukanya. Beliau dalam tulisan yg dirilis Andi Irman juga menuliskan mendukung Prabowo pada 2009, seingat penulis, Prabowo saat itu berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri dan dikalahkan SBY - JK yang kemudian di 2012 dikritiknya dengan surat terbuka. Dari dua info ini silahkan ditafsirkan sendiri arah dukungan Pak Dosen pada politik di negeri ini.

Tulisan yg tersebar itu dimulai dengan soal filsafat ilmu, soal value dalam ilmu, kemudian loncat pada kuliah sosiologi pedesaan dan ekologi manusia lalu diakhiri dengan menyimpulkan dukungan pada Jokowi, funny. Bagaimana seorang guru besar bisa cacat logika mendukung seorang jokowi melalui alur berfikir seperti ini? Apakah beliau ingin menggiring bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat membela Desa? atau sosok ndeso? ah..

Beliau menulis Jokowi membangun bendungan-bendungan. Perlu difahami bahwa bendungan-bendungan besar di Indonesia itu sudah diinisiasi oleh birokrat-birokrat kita salah satunya Pak Basuki Hadimulyo yg sekarang menjadi menteri PUPR. Ada 39 bendungan yang digagas pada International Conference on Large Dams di Bali yang penulis hadiri. Kini Pak Menteri menyatakan bahwa cuma ada 15 bendungan yg dirancang di era SBY sementara pak Jokowi ada 50 bendungan, total jadi 65 bendungan. Silahkan dicari sendiri data siapa yang akurat, karena saya sendiri yang mendapat data tsb pada ICOLD beberapa tahun lalu di Bali.

Vidio Progress Bendungan di Indonesia dari International Conference on Large Dams di Bali 1-6 Juni 2014

Biodiesel? rupanya pak Dosen ini tidak membaca bagaimana sejarah Biodiesel berkembang di negeri ini dan kemudian menimpakan semua jasa pengembangan biodiesel ke Pak Jokowi. Baiknya beliau banyak baca tulisan-tulisan Dr. Kiman Siregar, dosen UNSYIAH Aceh yang juga lulusan IPB dari Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Beliau bukan pakar bendungan/hydrology bicara bendungan, beliau bukan pakar Biodiesel, bicara biodiesel. Apakah begini kualitas intelektual kita saat ini?

Maka buat saya, tulisan Arya Hadi Dharmawan itu lebih baik dianggap angin lalu, karena itu bukan tulisan yg layak ditanggapi serius.


Muhammad Sirod
Praktisi Air Perpipaan & Bendungan
Ex. Sekjen HA Fateta IPB

Wednesday, November 15, 2006

Posting pertama

Ini posting pertama,
alhamdulillah Ayah bikinin aku blog.. :)

posting pertama

alhamdulillah ayah dah buat blog buat zufar :)